Titip Anak Saya… (di TPA)

2014-01-20 17.03.51

Kalo baca judulnya, kayak orangta yang mau pergi ninggalin anaknya ya…

Titip anak di Tempat Penitipan Anak (TPA) bukan hal yang baru lagi saat ini. Banyak orangtua yang memanfaatkan jasa ini. Yup, sepertinya TPA ini menjadi solusi tepat bagi sebagian keluarga yang memiliki anak yang kecil atau belum mandiri.

Penyebabnya bisa macam-macam. Antara lain single parent sehingga tidak ada orang di rumah yang menjaga anak-anak. Ada juga yang kedua orangtuanya ada tapi tidak punya kakek-nenek atau sodara yang bisa dimintain tolong jagain anak. Mungkin juga karena kakek-neneknya atau sodaranya ada tapi jauh. Atau orangtuanya sama-sama kerja, kakek-nenek jauh dan tidak punya pembantu.

Nah yang ketiga ini yang gue banget. Hehehehe.  (gue=inyong=aku=saya). Well selama beberapa pekan ini (Desember-Januari 2014) aku menitipkan anakku (cowok 2,5 tahun) ke TPA. Sebabnya adalah pembantu pulang kampong karena ternyata dia hamil. (Don’t say Im the suspect of her pregnancy. Don’t even think about it !!!). Yup, dia hamil anaknya yang keempat hasil hubungannya dengan suaminya sendiri!!!.

Saat dia pamit pulang, bisa dibilang lumayan mendadak sehingga nggak ada kesempatan buat aku untuk nyari gantinya. Sedikit flashback Aku pernah beberapa kali ganti pembantu dan biasanya pamitnya jauh-jauh sebelumnya biar aku bisa dapat gantinya. Alhasil, kali ini aku musti cari solusi instan supaya kita juga tetep bisa dapat gaji (kerja) dan anak-anak juga ada yang take good care. TPA is the answer. Kebetulan kali ini bukan kali pertama aku ke TPA. Anakkku yang cewek dulu (belum punya adik) sudah merasakan TPA saat usianya masih satu atau dua tahun (lupa). Kejadiannya sama, pembantu pamit pulang medadak.

Kebeulan saat itu aku bisa berangkat agak siang sehingga aku yg kebagian nganter anak ke TPA. Istri sudah berangkat duluan.

Tangis selalu pecah setiap kali harus melepas anak pertamaku itu di pintu TPA (cengeng ya J ). Tapi sungguhhh, meninggalkan anak di TPA terasa sangat menyakitkan dan selalu membuatku menangis (kadang aku kuat nahan). “Kamu semestinya nggak disini Nak. Kamu mestinya main di rumah sama Bunda (tapi Bunda juga terpaksa harus kerja)”. Gitu kira-kira apa yang terlintas di pikiranku saat itu.

Singkat kata, saat ini hiduplah sebuah keluarga denganAyah-Bunda dan dua anak, satu cewek (Kakak, 7 tahun) dan satunya cowok (Ade, 2,5 tahun) tanpa pembantu. Ada sih, tapi cuma datang nyetrika dan ngepel doang. Habis itu pulang. Sementara aku dan istriku sama-sama bekerja di tempat formal yang mengharuskan meninggalkan rumah pagi dan pulang (sampai rumah) waktu magrib. Kebayang kan repotnya di pagi hari dan malam harinya. Capek? PASTI ! hehe

Yang jelas istriku bangun pagi sekitar 03.00 WIB. Dan aku bangun satu jam kemudian J. Dia nyiap-nyiapin semua keperluan sekolah (anak pertama) dan keperluan di TPA buat anak kedua. Sedangkan aku nyiapin kendaraan-kendaraan untuk bekerja, mandiin anak-anak de el el.

Yah, kita bagi-bagi tugas lah supaya kita semua bisa cepat selesai semua dan berangkat tepat pada waktunya. Istriku berangkat sendiri pukul 06.20 WIB. Anakku yang pertama berangat sekolah pukul 06.45 WIB kuantar. Selanjutnya ngantar anakku yang kedua ke TPA. Kebetulan aku memang nyari TPA yang searah dan dakat dengan tempat kerjaku. Pertimbangannya: lebih lama waktu antara aaku dan dia bersama. Bisa berbagi cerita saat di perjalanan berangkat. Selain itu, pas pulang juga kita bisa segera ketemu dan bermain lagi dalam perjalanan pulang. Tapi dalam perjalanan berangkat / pulang, kadang Ade ketiduran. Ketiga, jika ada kondisi darurat atau sakit, aku bisa segera menemui atau menjemputnya untuk dibawa ke dokter.

 2014-01-17 17.48.10

Sarapan di jalan

Supaya si Kakak nggak telat berangkat sekolah, kita musti sampai di sekolahnya pukul 07.15 WIB, maksimal. Biasanya kita sampai sekolahnya pukul 07.00 WIB. Sesudahnya, masih ada waktu 1 jam sebelum aku masuk kerja. So, waktu 30 menit untuk perjalanan dan 30 menit untuk sarapan. Biasanya aku sama Ade beli makanan siap makan. Biar gampang nyuapinnya, aku nyari tempat yang cukup luas supaya dia bisa bermain buat pelipur. Maklum, Ade agak susah ditaklukkan kalo liat sendok diarahin ke mulut .

Pulangnya, sekitar pukul 17.00 WIB, aku jemput Ade dan biasanya muka dia kelihatan excited banget lihat ayahnya. Berlanjut kita cari makan buat makan malam. Sementara Kakak sudah ada di rumah sejak sekitar pukul 15.00 WIB. Di rumah dia ditemani pembantu yang nyetrika baju sambil nunggu aku dan Ade pulang. Sesampainya di rumah, aku belum bisa langsung mandi karena musti nunggu Bundanya pulang, biar bisa gantian ngawasin anak-anak.

 Kesimpulan dari menitipkan anak di TPA

  1. Capek, hahaha. Iya lah, pulang kerja masih harus ngerjain pekerjaan rumah dan ngurus anak-anak
  2. Orangtua bisa sama-sama kerja sehingga dapur masih bisa ngebul
  3. Ngajarin anak mandiri (ditinggal selama berjam-jam)
  4. Senang bisa jalan-jalan setiap hari sama anak-anak

Tinggalkan komentar